
Walaupun Riri anak bungsu, namun ia merupakan seorang gadis mandiri dan tak mau mendapat belas kasihan orang lain. Sejak kecil Riri dididik Mbok untuk menjadi wanita mandiri dan tangguh. Namun apa daya takdir berkehendak lain. cobaan demi cobaan datang menerjang bahu membahu tak kenal malu tuk datang. Entah terjangan itu berasal dari sekantong yang dibawa oleh si Bapak, bahkan segudang tas berisi cobaan yang di bawa oleh sang kakaknya.
Namun Riri tak patah arah, ia tetap berusaha walaupun hanya untuk tersenyum diantara teman-temannya.
Suatu hari ia pergi berlari, lari sekencang mungkin dan akhirnya ia tersesat di sebuah hutan. Hutan yang jauh dari sentuhan para pelaku ilegal loging. Riri tak pernah mengenal hutan itu sebelumnya. Namun, dari tersesatnya di hutan, Riri merasa takut dan cemas.
"tempat apa ini? dimanakah aku kini sekarang?" bisik Riri dalam hati
rasa ketakutan Riri semakin menjadi dikala ada sebuah binatang buas menghampiri. Riri tak mengenal jenis hewan apa yang menghampirinya. hewan tersebut nampak galak dan bengis. Riri pun lari, lari, dan lari sekencang mungkin untuk menghindari hewan asing tadi.
Kencangnya ayunan kaki Riri membuat Riri menghiraukan arah mana yang harus ditempuh. dan tiba-tiba Riri tersandung jatuh terjerembab. Lutut Riri mengucurkan darah segar membasahi tanah gambut di hutan. Riri pun menggeserkan badan tuk menepi dan bersandar di sebuah pohon besar.
Hari semakin malam dan gelap, tak mungkin Riri melangkah pulang dengan kaki tertatih. keteguhan Riri membendung air mata agar tak merengek membasahi pipinya.
"Aku harus bisa bertahan", gumam Riri dalam hati.
Walaupun masih dilanda takut dan resah, Riri mencari cara untuk bertahan. Riri menatap ke langit dan berdoa. semenit kemudian, Riri memutuskan untuk memanjat pohon sandaran yang besar dan rimbun. Karena hanya dengan cara seperti itulah Riri bertahan dalam kegelapan malam. Pohon naungan itu memiliki buah yang lezat dan cukup untuk dijadikan makan malam bagi seorang gadis yang tersesat.
Semakin malam,,, semakin gelap dan semakin merdu suara hutan di kala malam karena nyanyian binatang malam. Riri pun terlelap tidur di salah satu cabang pohon itu.
Pagi pun menyambut picingan mata Riri denagn belaian sinar mentari yang hangat. Suara berbagai burung saling sahut menyahut merangkai irama nada yang merdu. tak kalah dengan tampilan pentas seni di gedung-gedung terkenal, nyanyian merdu secara alami diiringi dengan tarian khas burung pengelana alam nan indah. disinilah Riri berdecak kagum dan bersyukur akan ketidaksengajaan tersesat di hutan tak bernama.
Akal sehat Riri menganjurkan untuk turun dari pohon dan kembali p[ulang dengan resiko akan bertemu kembali dengan binatang buas dan bengis. tak menutup kemungkinan juga Riri bisa bertemu dengan binatang lainnya yang mungkin lebih jahat dari semula.
Riri pun memelankan ayunan langkah kaki dan berpikir resah akan apa yang harus di lakukan.
tiba-tiba dari arah samping, ia mendengar suara sesosok laki-laki asing. Laki-laki tersebut menyapa dengan ramahnya kepada Riri. Namun, Riri tak mudah tergoda oleh sapaannya. Riri pun menghindar dengan sopan. Namun laki-laiki tersebut berusaha untuk menjadi teman Riri. Akhirnya Riripun tak bisa menghindar dari pengetahuan akan nama laki-laki tersebut yang memperkenalkan namanya dengan sebutan Caprii.
No comments:
Post a Comment